Monthly Archives: June, 2013

Ummi, Ana Uhibbuki Fillah

Image

        “Wahai Rasulullah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Seru Umar Bin Khattab RA. terhadap Rasulullah. Padahal, beberapa detik yang lalu Umar berkata bahwa ia mencintai rasulullah lebih dari segala sesuatu kecuali dirinya sendiri. Sebuah pernyataan yang sangat cepat untuk dikoreksi bahkan oleh manusia sekaliber Umar sendiri. Padahal kita yakin Umar jelas bukanlah seorang pembohong.

Dari potongan kisah tersebut ada sesuatu yang dapat kita petik sebagai suatu pelajaran. Umar memiliki pemahaman untuk menempatkan ‘cinta’ sebagai kata kerja, bukan kata benda. Efeknya? Beliau mampu menempatkan cinta sesuai tempat dan porsinya. Begitulah yang dikemukakan oleh Salim A. Fillah dalam bukunya yang berjudul “Jalan Cinta Para Pejuang.” Sebuah alasan yang sangat logis mengapa beliau dengan begitu mudahnya mengubah pernyataan di atas. Pun sebenarnya juga begitu yang harus kita miliki dan lakukan. Dengan keyakinan yang kokoh, jalan cinta kitapun dapat menyamainya.

Menempatkan cinta sebagai kata kerja supaya ketidakadaan cinta bukan menjadi suatu alasan untuk kita tidak mencintai keluarga, teman, atau bahkan saudara yang tidak memiliki hubungan darah sekalipun. Karena dengan prinsip itu cinta bak tanaman yang langsung tumbuh dengan sekejab mata bahkan tanpa menyemai.

Prinsip yang sama yang selalu saya pegang dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh godaan dan cobaan ini. Menarik, karena dari sekian milyar definisi cinta yang dikemuakan oleh ahli cinta sekalipun hanya milik Umarlah yang cukup menyita perhatian saya. Sebuah prinsip yang menurup hemat saya merupakan pondasi yang kuat tentang bagaimana kita meletakkan cinta. Termasuk dalam proses menyemai cinta itu sendiri.

Berbicara mengenai bagaimana menyemai cinta, tiba-tiba ada sekelebat memori yang ada dikepala mencuat meminta untuk diceritakan. Pengalaman manis asam asin selepas lulus SMP dulu sampai sehabis wisuda sekarang. Walaupun bukan termasuk anak yang dilahirkan di keluarga broken home, sejak lulus SMP sampai lulus kuliah sekarang saya sudah terbiasa terpisah dari kedua orang tua. Sebuah kondisi yang tidaklah mudah bagi pemuda seumuran saya waktu itu. Ditengah teman sebaya yang harmonis dalam kebersamaan dengan keluarganya, saya harus terpisah dengan orang tua untuk melanjutkan study ke luar kota. Desakan ekonomi yang menghimpit waktu itu memaksa saya untuk memenuhi tawaran saudara untuk bersekolah bersamanya.

Dengan kondisi terpisah dengan keluarga, otomatis memangkas habis intensitas komunikasi dengan keluarga terutama dengan ummi. Apalagi pada seumuran itu saya merasa masih membutuhkan berton-ton kasih sayang dan belum cukup umur untuk mandiri dan hidup berpisah dengan ummi. Kondisi ekonomi yang sulit membuat komunikasi lewat telefon kabelpun juga sulit dilakukan. Alhasil, Intensitas pertemuan hanya bisa dilakukan ketika liburan semester tiba, dan itupun hanya setiap enam bulan sekali. Sebuah kondisi yang tidaklah mudah.

“Bukan ibu namanya jika tidak dirindukan setiap anaknya.” Sebuah pernyataan yang cocok untuk para ibu yang tulus mencintai anak-anaknya. Begitupula dengan ummi saya. Waktu dua minggu dirumah setiap setengah tahun sampai hampir lebih dari tujuh tahun belakang, membuat kebersamaan yang ada tidak pernah kami sia-siakan. Kami, terutama dengan ummi, selalu menghabiskan waktu bersama. Beliau selalu memberikan kasih sayang yang tulus. Kasih sayang yang selama di daerah perantauan jarang saya terima.

Dari sekian banyak momen berharga saya dengan ummi, saya selalu tidak pernah melewatkan bagian ketika ummi memasakkan masakan favorit anaknya ini. Mungkin tidak hanya saya, setiap anak yang ingin pulang kerumah selalu merindukan, salah satunya, masakan dari umminya. Begitupun saya. Terlahir sebagai ibu rumah tangga dengan bakat memasak yang luar biasa, membuat ummi selalu membuatkan masakan-masakan istimewa setiap saya pulang ke rumah. Mungkin beliau lebih berbakat dari juara master chef sekalipun.

Diantara masakan kesukaanku, rica-rica ayam dan ikan asin saus tomat yang selalu menjadi primadona setiap kali saya pulang kerumah. Makanan yang menurut orang lain sederhana, namun bagi keluarga kami itu merupakan sesuatu yang istimewa karena tidak selalu dimasak setiap hari. Dan mungkin hanya dimasak sewaktu saya pulang ke rumah.

Walaupun hanya lewat momen-momen kecil seperti lewat masakan diatas, justru membuat cinta saya kepada ummi semakin tumbuh subur. Ditambah suasana keluarga yang begitu hangat membuat saya terlen kalau liburan juga pasti ada akhirnya. Dan pada akhirnya memaksa untuk kembali ke perantauan. Momen-momen itu merupakan bagian dari sebuah tindakan kecil yang menurut saya sangat efektif. Sebuah momen untuk menyemai cinta kembali dan menumbuhsuburkan cinta yang sudah ada. Ditambah prinsip-prinsip yang telah ditanamkan oleh keluarga yang begitu mendalam lewat didikan agama membuat cinta di dalam dada ini terus tumbuh subur.

Begitu banyak momen-momen yang kami lakukan sewaktu liburan tiba. Walaupun kami bukan termasuk orang kaya yang selalu menghabiskan untuk liburan jalan-jalan ke suatu tempat. Namun, lewat bercengkrama bersama keluarga di ruang keluarga saat hujan turunpun sudah begitu luar biasa efeknya mengobati kerinduan itu. Apalagi jika selalu diberi kesempatan untuk selalu dekat dengan ummi.

Pun kalau waktu itu tiba, Cinta ini akan dan selalu tumbuh subur walau harus terpisah jarak dan waktu. Akan dan tetap selalu subur walau desakan masalah dan ekonomi selalu menghimpit raga ini. Dalam setiap kesempatan ummi selalu mengatakan doa untuk anaknya akan dan selalu mengalir dengan tulus. Kasih sayang dan doa yang pada akhirnya membuat saya meraih cita-cita pertamaku. Lulus dari perguruan tinggi bonafit di Jakarta

Doa yang samapun selalu terpancar tulus untuk ummi dari anaknya ini. Kata-kata yang selalu terucap dalam setiap rintihan doaku, “Ummi, ana uhibbuki fillah, semoga beliau selalu dalam lindunganNya. Aamiin.”

happy graduation2

 Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani,

Image

Ramadhan, Semoga Kita Dipertemukan Kembali

       Tepat dua minggu lagi kita akan beralih dari bulan sya’ban ke bulan ramadhan. Bulan yang banyak dinanti oleh semua kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Bulan yang didalamnya terdapat begitu banyak keistimewaan. Bulan yang sayang untuk dilewatkan meski hanya sekian detik saja untuk tidak melakukan amalan-amalan terpuji.

       Berbeda dengan ramadhan sebelumnya yang harus rela dihabiskan bergelut dengan soal-soal Ujian Tengah Semester di kampus serta berdesak-desakan untuk mudik ke kampung halaman, Ramadhan tahun ini agaknya akan terasa begitu berbeda. Kebetulan tahun lalu saya baru saja dinyatakan lulus dari sekolah kedinasan di daerah Bintaro. Sebuah anugerah yang sungguh luar biasa, Alhamdulilah. Setelah itu Allah Swt. kembali memberikan, entah ini cobaan ataupun berkah, berupa waktu yang begitu luang untuk kami para calon punggawa keuangan negara sembari menunggu pengumuman penempatan ikatan dinas. Dengan kata lain, ramadhan kali ini benar-benar waktu yang sangat tepat bagi saya untuk bisa memaksimalkan momentumnya guna melakukan amalan-alaman yang belum tentu dapat saya lakukan di lain kesempatan.

       Beberapa rencana-rencanapun jauh-jauh hari telah disiapkan, hingga akhirnya mengerucut kedalam beberapa list prioritas untuk segera dieksekusi. Termasuk rencana untuk pergi ke Sragen guna mengikuti Program Pondok Ramadhan disana. Kesempatan yang tentunya tidak datang dua kali. Rasanya akan sangat menyenangkan sekali dapat menghabiskan waktu bersama orang-orang shalih yang mempunyai semangat yang sama dalam menuntut ilmu agama.

       Selain itu persiapan-persiapan lain juga gencar dilakukan di dua bulan sebelumnya yang tidak kalah istimewanya yaitu bulan rajab dan sya’ban. Dengan banyaknya waktu luang yang dimiliki, sengaja di kedua bulan itu ibadah-ibadah sunah sudah mulai ditingkatkan intensitasnya dan dilatih guna menjaga kosistensi ibadah di bulan ramadhan. Yah, konsistensi. Satu hal yang sepertinya simpel namun sangat berperan signifikan dalam eksekusi suatu rencana ataupun kegiatan. Rencana lain yang tidak kalah penting yaitu pengintensifan program yang sedang naik daun yang kebetulan dipopulerkan oleh ust. Yusuf Mansyur yaitu program one day one jus untuk tilawah dan one day one ayat untuk menghafal. Walaupun agaknya sampai sekarangpun pelaksanaan kedua program ini masih compang-camping. Semoga dibulan yang penuh berkah tahun ini Allah Swt berkenan memberikan keteguhan iman untuk terus konsisten dalam melakukannya. Aamiin.

       Jujur saja, sebenarnya postingan kali ini sengaja dibuat bertujuan sebagai media pengingat dan muhasabah bagi penulis agar tidak lalai untuk segera melaksanakan target-target yang sudah direncanakan. Namun beberapa waktu lalu secara tidak sengaja saat sedang asyik surfing di salah satu jejaring sosial, saya menemukan postingan dari kakak tingkat di kampus yang isinya cukup mengoda. Walaupun saya sama sekali belum pernah bertatap muka dengan beliau, tetapi tawaran give away dengan salah satu hadiah berupa buku dari ust. Felix Y. Siauw ini tidak bisa dilewatkan begitu saja. Buku yang sampai sekarang belum sempat terbeli dan hanya bisa dinikmati lewat beberapa kultwit serta postingan di fanspage beliau. Selain bahasa yang digunakan oleh ust. Felix cenderung mudah dicerna dengan kesan gaul, namun esensi dakwah yang ada didalam buku tersebut tetap kental dan cenderung kuat dengan tetap bersandar pada syariat islam tentunya. Buku yang sangat cocok untuk kalangan muda yang sedang mencari jati diri guna terhindar dari pergaulan dan budaya yang semakin kebablasan. Buku yang sangat cocok untuk saya tentunya. 🙂

       Terakhir, Saya selalu berharap bahwa ramadhan tahun ini dapat menjadi pemicu untuk selalu meningkatkan amal dan taqwa kita kepada Allah Swt serta menjadi momentum untuk perbaikan kualitas diri. Ramadhan masih 14 hari lagi, peluang untuk bertemupun masih belum genap 100%. Maka dari itu, Alangkah baiknya agar kita tetap selalu berdoa memohon kepada Allah Swt semoga berkenan untuk mempertemukan kita dengan ramadhan tahun ini dan ramadhan-ramadhan setelahnya. Aamiin Ya rabbal alamin.

 “Tulisan ini disertakan pada Family Online Shop Giveaway”

Image

Kemana Harus Melanjutkan Kuliah??

       Hasil ujian nasional SMA akhirnya keluar. Dibandingkan dengan tahun lalu , tahun ini angka kelulusan tahun ini sedikit mengalami kelulusan sebesar 0,02%, walaupun secara keseluruan angka kelulusan masih tergolong sangat tinggi yaitu 99,48%. Tentunya pengumuman kelulusan ini merupakan uforia sesaat bagi para siswa sebelum mereka melewati tes untuk memilih universitas favorit pilihannya. ataupun jenjang ke dunia pekerjaan yang lebih memilih untuk memulai berkarir.

       Dari situlah muncul pertanyaan yang cukup krusial bagi yang ingin melanjutkan ke jenjang perkuliahan. “Kemana mereka harus melanjutkan kuliah? jujusan apa yang cocok sesuai dengan bakat dan minat mereka? sayapun dulu bpernah berfikir demikian dan saya yakin, hampir seluruh siswa mempertimbangkan pertannyaan menggaalaukan tersebut matang-matang. 

       Bagi mereka yang mempunyai kantong tebal, mungkin hal tersebut bukanlah masalah. mereka memiliki kebebasan penuh untuk memilih jurusan yang benar-benar diminati dan prospek masa depan yang menjanjikan. Namun, mereka yang memiliki kemampuan finansial yang pas-pasan apalagi kemampuan intelektual yang standar akan sangat berbeda. tentunya mereka yang memiliki masalah demikian dibutuhkan usaha ekstra. akan tetapi, probabilitas mereka untuk masuk dunia perkuliahan dibandingkan mereka yang punya kantong tebal adalah SAMA, selama semangat berusaha dan pantang menyerah terus ada.

       Sebenarnya dewasa ini banyak sekali yang menawarkan beasiswa-beasiswa bagi mereka yang memiliki kemampuan intelektual lebih ataupun yang memiliki kemampuan finalsial dibawah rata-rata. Sebut saja Universitas Paramadia (Jakarta). Universitas swasta di jakarta ini merupakan universitas yang memberikan beasiswa fellowship untuk para siswa yang memiliki kemampuan intelektual diatas rata-rata dan permasalahan di bidang ekonomi. tidak tanggung-tanggung, beasiswa yang diberikan tidak hanya biaya kuliah, bahkan tunjangan-tunjangan yang diberikan sangat cukup untuk hidup di kota sekelas jakarta. Selain itu masih banyak puluhan universitas swasta di penjuru indonesia yang memberikan beasiswa bagi para mahasiswanya.

       Di universitas negeri milik pemerintah sendiri, beasiswa yang diberikan tidak kalah banyak dibanding universitas swasta. Beasiswa yang ada tidak hanya diperuntukan bagi lulusan SMA atau sederajat yang ingin melanjutkan ke bangku kuliah, akan tetapi terdapat beasiswa-beasiwa prestasi bagi mahasiswa yang kuliah di tempat tersebut. contoh beasiswa Bidik Misi, Supersemar, dll. dan menurut hemat saya pemberian beasiswa ini semakin efektif dalam membantu mahasiwa yang mempunyai semangat belajar yang tinggi untuk terus melanjutkan sekolahnya. tidak hanya beasiswa untuk S1, bahkan banyak juga beasiswa S2 maupun S3 yang diberikan. Memang, informasi yang bisa diakses terbatas. Namun disitulah letak perjuangannya. Selain kita dituntuk untuk terus mencari informasi baik di media massa, internet, ataupun media informasi lain. Kita juga dituntut untuk terus berusaha memperbaiki CV agar sesuai dengan syarat pemberi beasiswa. Apalagi dengan era globalisasi seperti sekarang akan semakin mempermudah dalam akses informasi.

       Terakhir, sekolah kedinasan bisa juga dijadikan pertimbangan untuk melanjutkan sekolah. Sebut saja sekolah dinas yang banyak diminati lulusan SMA yaitu STAN. Sekolah kedinasan yang terletak di pinggiran jakarta ini selain memberikan beasiswa berupa penggratisan biaya kuliah, lulusan dari sekolah ini juga diprioritaskan untuk masuk kementerian keuangan. Yap, dengan kata lain STAN dan sekolah kedinasan lain tidak hanya memberikan beasiswa tetapi juga jaminan pekerjaan. Namun, masing-masing sekolah kedinasan memiliki tingkat seleksi yang sangat tinggi. Bahkan, beberapa sekolah kedinasan memberikan syarat tertentu bagi yang ingin memasukinya. Namun, jangan khawatir, selalu ada peluang bagi mereka yang serius mau berusaha.

       Pesan terakhir, tetap cari informasi mengenai sekolah-sekolah yang menurut kalian sesuai. Mau masuk universitas swasta, negeri ataupun sekolah kedinasan semuannya sama saja. Yang terpenting adalah semangat dan usaha kita setelah memasukinya. Terus belajar, mencari dan jangan pernah mudah menyerah. SEMANGAAT!!!

Semoga membantu 🙂